14 Rumus Earn Value Management (revised)


Saat monitoring dan controlling di proyek, ciri khas utama kita di proyek adalah berhenti sejenak untuk mengevaluasi apa saja pekerjaan yang sudah dikerjakan, apa yang menunggu, bagaimana keuangan proyek dan lain sebagainya. Di fase ini juga kita memprediksi dengan kinerja yang sudah ada, bagaimana proyek itu bisa selesai? apakah tepat waktu? lebih cepat? lebih lambat? apakah biayanya lebih mahal, lebih murah? apakah biayanya bakalan tepat? sesuai dengan yang direncanakan?

Pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan rumus earn value management. Di post sebelumnya saya sudah singgung mengenai EVM namun pada kali ini saya akan sertakan dengan tampilan grafisnya juga.

Gini nih, misal suatu proyek dikerjakan dalam waktu 12 bulan dengan memakan dana sebagai berikut dengan keterangan sebagai berikut:

Lalu dibuat disbursement schedule (kalau dalam istilah PMBOK, dikenal dengan nama Funding Limit Reconciliation), sebagai berikut:

Perhatikan kolom PV, setiap periode (bulan) harus dijumlahkan kebutuhan biayanya, misal bulan januari ada aktivitas 1 membutuhkan biaya 100, maka bulan januari total kebutuhan biayana 100. Lalu untuk bulan Februari ada aktivtas 1 dan 2, maka biayanya jadi 100 + 50 jadi 150 dan seterusnya dibuat berdasakan aktivitas yang terjadi di bulan tersebut. Selanjutnya dibuat akumulasi baik itu PV maupun AC. PV adalah anggaran yang direncanakan sedangkan AC adalah anggaran yang benar2 sudah dikeluarkan dan dijanjikan untuk keluar. Setelah dibuat akumulasinya, langkah selanjutnya adalah membuat kurva S dari PV dan AC dimana sumbu X adalah waktu, sumbu Y adalah biaya.

 

Khusus untuk menghitung earn value, rumusnya adalah PV dikali % penyelesaian proyek

lalu dibuat kumulatif dari EV, EV hanya berlaku untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan saja. Setelah dibuat kumulatif maka langkah selanjutnya adalah membuat kurva S-nya

Nah sekarang ada 3 kurvva nih, PV, AC, dan EV. Kita bisa memprediksi berapa biaya sebenarnya dengan kondisi seperti ini dan durasi penyelesaian proyeknya.

Pertama-tama biasanya yang ditanyakan adalah variance (gap) dari baseline.

Cost variance (CV)= EV-AC

Schedule Variance (SV) = EV-PV

nah catatan penting saat menghitung varaince adalah akumulasinya ya! INGAT!

jika ingin menghitung CV dari soal diatas berarti:

CV = EV- AC =602,5-930= -327,5 (minus artinya jauh dari baseline, mahal aslinya)

SV = EV-PV = 602,5-750 = -147,5 (minus artinya jauh dari baseline jadwal, lebih lambat pekerjaanya)

Langkah selanjutnya adalah menghitung index untuk mengukur effektivitas (SPI) dan untuk mengukur efisiensi (CPI):

SPI (schedule performance index)= EV/PV= 602,5/750 = 0,803

CPI (cost performance index) = EV/AC= 602,5/930= 0,647

jika CPI > 1  maka artinya lebih murah (favorable), dan jika SPI >1 artinya lebih cepat pekerjaanya (waktunya)

karena dua-duanya memiliki nilai dibawah 0 maka diperkirakan proyek lebih mahal biayanya dan lebih ngaret waktu pengerjaannya. Nah kalau ada tanda2 gini bisa bahaya, sekarang mari lebih rinci lagi kalau ngaret jadi berapa durasinya sama kalau lebih mahal nombok berapa tuh

 

Forecast

misal kita mau memprediksi waktu, rumusnya adalah:

initial schedule/SPI= 12/0,803= 14,94 (artinya, lewat 2 bulan lebih)

Jika kita ingin memprediksi biaya sebenarnya jadi berapa bisa lewat rumus ini:

EAC (estimate at completion) = AC (cumulative) + ETC (estimate to complete)

dimana ETC = BAC-EV atau dikenal dengan istilah “remaining works”

ETC= BAC-EV = 3300-602,5= 2697,5

EAC= AC + ETC = 930 + 2697,5 = 3627,5 (biayanya jadi melonjak dari 3300 menjadi 3627,5)

 

Sebenarnya ada banyak pendekatan untuk menghitung EAC

  1. jika progress pekerjaan selanjutnya kembali ke rencana awal, dan yakin BAC akan tercapai maka rumus EAC= AC + (BAC-EV), dan ini defaultnya dalam soal biasanya
  2. jika dianggap tidak ada perubahan varians dari baseline yang sudah diikerjakan= EAC= AC + ((BAC-EV)/CPI)
  3. jika ingin menghitung berapa biayanya dan unsuk efektivitas masuk ke dalam hitungan EAC= AC + (BAC-EV)/(CPI* x SPI*). Nanti ada rasio CPI dan SPInya, caranya hitung dulu seperti biasa CPI dan SPI baru jika ingin dimasukan kedalam perhitungan EAC dikalinya rasionya masing-masing. Rumus ini dipakai jika performansi biaya sangat buruk (CPI<1)
  4. jika baseline mengalami perubahan secara fundamental, berkali2 diestimasi dan amandemen kontrak maka EAC = AC + total ETC

 

Nah secara default EAC itu didapatkan dari EAC= AC + ETC, misal kinerjanya makin g beres kita bisa pakai rumus yang kedua EAC= AC + ((BAC-EV)/CPI)

EAC = 930 + ((3300-602,5)/0,647 =5099,24 (biayanya makin melonjak tajam dari 3300 menjadi 5099,24)

Selain prediksi biaya, kita juga bisa menghitung indes “To  complete performance index atau TCPI”

TCPI didapatkan dari rumus:

TCPI = (remaining works)/(remaining budget)

TCPI = (BAC-EV)/(BAC-AC) nah jika hasilnya >1 artinya jelek, pekerjaan banyak tapi uang yang tersisa sedikit

TCPI=  (BAC-EV)/(EAC-AC), jika hasilnya dengan menggunakan rumus ini <1, artinya bagus, uang masih banyak tapi pekerjaan tinggal sedikit lagi)

ada pula perhitungan VAC= BAC-EAC (selisih biaya prediksi dengan baseline)

Sekarang yuk kita hitung TCPI dari soal diatas:

TCPI = (BAC-EV)/(BAC-AC) =  (3300-602,5)/(3300-930)= 2697,5/2370= 1,13 artinya pekerjaan masih banyak tapi uang tinggal sedikit lagi, Nah lhooo…

Wah kalau udah ada tanda-tanda seperti ini secara jelas, PM harus mereview ulang pekerjaan mengapa proyek bisa telat, PM juga bisa menerapkan crashing proyek (mempersingkat durasi proyek) atau dengan fast tracking ( pekerjaan serial menjadi paralel).

Oke sekian dulu penjelasan mengenai 14 rumus EVM yang melegenda itu.

 

 

 

 

 

 

 


Leave a Reply