Resensi Buku Laskar Pelangi


Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka Yogyakarta
Terbit : 2005
Jumlah halaman : 529 halaman
ISBN 979-3062-79-7

Novel laskar pelangi merupakan buku pertama dari tetralogi laskar pelangi yang berjumlah 4 buah buku diantaranya yakni laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.

Buku ini mengisahkan tentang kehidupan 10 anak yang berasal dari keluarga miskin di sebuah sekolah SD Muhammadiyah di pulau Belitong provinsi Bangka Belitung. Kebanyakan dari anak-anak itu berasal dari keluarga yang berprofesi sebagai penambang timah. Dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, mereka menjalani aktivitas pendidikan mereka di sekolah tua yang hampir rubuh dan serba minim fasilitas. Meskipun begitu, mereka tetap bersemangat dalam menjalani kewajiban mereka sebagai seorang pelajar.

Kesepuluh anak itu diantaranya ialah Ikal (Andrea Hirata), Lintang Samudera Basara bin syahbani, Sahara Aulia Fadillah binyi K.A. Muslim Ramdani Fadillah, Mahar Ahlan bin Jumadi ahlan bin Zubair bin Awam, A kiong (Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman), Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz, Mukharam Kucai Khairani, Borek alias Samson, Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari, dan Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan. Dalam perjalanannya, anak-anak ini akan mendapatkan teman baru yang juga bersekolah di SD Muhammadiyah. Anak tersebut ialah seorang gadis cantik anak seorang pegawai PN timah yang bernama Flo.

Keadaan sekolah Muhammadiyah tempat 10 anak itu bersekolah begitu memperihatinkan. Dari segi bangunan sekolah ini hampir roboh sehingga perlu disangga dengan sebuah batang pohon besar. Pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan provinsi sumatera Selatan telah memberikan sebuah peringatan kepada SD Muhammadiyah, peringatan tersebut berisikan apabila sekolah itu tidak bisa menampung minimal 10 siswa, maka dengan sangat terpaksa sekolah tersebut harus ditutup. Dihari penerimaan siswa telah terkumpul 9 siswa, namun persyaratan agar sekolah tetap berdiri dan ditutup ialah sekolah harus bisa menerima minimal 10 murid. Disaat-saat yang genting, ketika Pak Harvan dengan berat hati hendak berpidato dan memberitahu kepada wali murid yang telah datang untuk berlapang dada karena sekolah muhammadiyah tua ini harus ditutup karena tidak memenuhi kuota siswa yakni minimal sepuluh orang, Tiba-tiba datanglah Harun, seorang anak yang memiliki keterbelakangan mental yang berkeinginan kuat untuk bersekolah. Akhirnya siswa pun berjumlah menjadi 10 anak, dan sekolah pun tak jadi ditutup. Peristiwa tersebut berlangsung sangat dramatis.

Dalam aktivitas belajarnya mereka didampingi oleh seorang guru yang begitu sabar dalam mendidik mereka, guru tersebut ialah ibu guru Muslimah. Ibu Muslimah hanyalah seorang wanita lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP), sekolah yang sederajat dengan SMP. Namun dengan tekadnya yang luar biasa serta ketulusannya mengajar, lambat laum membuatnya menjadi wanita yang tegar dan berdedikasi dalam profesinya sebagai pengajar. Dalam novel ini, Bu Muslimah lah yang memberi julukan 10 anak itu sebagai laskar pelangi.

Dalam aktivitas pembelajaran, anak-anak juga dididik oleh bapak Harvan Efendi Noor atau yang akrab di sapa pak Harvan. Selain mengajar, beliau juga sebagai kepala sekolah di SD Muhammadiyah tersebut. Pak Harvan seringkali bercerita tentang kisah-kisah para nabi dan rasul sebagai contoh pelajaran dari umat-umat terdahulu kepada anak-anak laskar pelangi. Suatu ketika pak Harvan bercerita tentang kisah nabi Nuh yang membuat perahu besar dan terjadinya musibah banjir bandang yang melanda kaumnya yang kufur. Akan tetapi nabi Nuh beserta kaumnya selamat berkat pertolongan dari Allah SWT yang telah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu besar yang nantinya akan digunakan pada saat banjir bandang.

Kelebihan dari buku ini adalah terletak dari cara penyampaian bahasa tulis dari Andrea Hirata yang begitu khas dan menarik. Dengan aksen-aksen Melayunya yang kental serta menggambarkan latar belakang sosial budaya etnis melayu yang unik serta menarik untuk diceritakan. Buku ini juga memuat tentang kisah persahabatan serta ketabahan dalam menghadapi segala tantangan hidup. Selain itu kritik sosial terhadap pemerintah juga sangat jelas digambarkan oleh penulis dengan adanya ketidakmerataan pembangunan di daerah serta absennya pemerintah dalam perkembangan dunia pendidikan khususnya di daerah terpencil.

Kekurangan dari novel ini yakni terletak pada pengaburan waktu, tempat, dan nama tokoh dalam novel tersebut. Novel ini diadaptasi dari pengalaman masa kecil penulis yang berarti kisah di dalamnya merupakan sebuah fakta, mengingat banyak kritik sosial yang terdapat dalam novel lskar pelangi. Waktu dalam novel tersebut sengaja dibuat kabur dan terkesan abu-abu sehingga masalah-masalah sosial pada saat itu terasa sangat kabur dan tidak jelas.


Leave a Reply