Resensi Buku Rumah Tanpa Jendela


Judul : Rumah Tanpa Jendela

Nama Pengarang : Asma Nadia

Penerbit : PT. Kompas Media Nusantara

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2011

Harga Novel : Rp 68.000

Rara adalah gadis kecil berusia 8 tahun, rara sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di Menteng Pulo, Jakarta.

Si Mbok adalah nenek Rara yang sakit-sakitan dan ayahnya bernama Raga yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja. Rara juga punya Bude, yaitu Bude Asih.

Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum pergi ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara menyempatkan untuk sekolah di tempat sederhana yang khusus untuk anak jalanan. Bu Alya satu-satunya pengajar sukarelawan disekolah itu yang membimbing dan membina anak-anak pemulung agar dapat mengenal huruf dan dapat berhitung.

Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta, Aldo seorang anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit mengalami keterbelakangan mental, merindukan seorang teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahril dan Nyonya Ratna . Kehadiran Nek Aisyah menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya. Di antara keluarga yang dimiliki aldo hanya nek aisyah yang sangat mengerti aldo. Kaka aldo sempat menolak memiliki adik seperti aldo, hingga sang kakak malu memiliki adik yang mengalami keterbelakangan mental.

Suatu hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab. Sejak pertemuan itu aldo dan rara menjadi sahabat dimana rara sebagai teman terdekat yang dimiliki aldo,karena jarang ada yang berteman dengan aldo karena aldo memiliki kelainan. Kepada rara aldo menceritakan segala apa yang dirasakan aldo mulai dari penghinaan,pengkucilan dan pengasingan yang dirasakan aldo, rara adalah teman yang baik yang dimiliki aldo,rara selalu memberikan semangat pada aldo untuk selalu percaya diri dan tidak bersedih. Rara membuat aldo yakin bahwa apa yang dimiliki aldo sangat berarti dari pada yang dimilki oleh rara. Rara menceritakan pada aldo keinginannya mempunyai rumah dengan jendela yang banyak dan di kelilingi tanamanan. Namun, ayah rara yang berpenghasilan minim dan lingkungan rumah yang tidak memungkinkan rara memiliki rumah indah sesuai impiannya. Rara mengajarkan lewat impiannya bahwa kita harus berani bermimpi dan berharap walaupun di atas kekurangan yang kita miliki. Hingga suatu hari Perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi kebakaran, sementara di rumah Aldo semua panik karena karena Aldo meninggalkan rumah, aldo pergi karena kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan merasa malu memiliki adik seperti dirinya.

Saat itu aldo pergi dan memilih untuk pergi kerumah rara. Namun disana sedang terjadi kebakaran dan aldo sulit menemukan rara. Saat itulah aldo pergi menuju sekolahnya. Disaat itu aldo merasa bahwa dirinya tak berdaya dan sangat menyusahkan orang lain. Pada raralah aldo menceritakan apa yang ia inginkan begitu pula sebaliknya. Saat itu aldo memberikan kesempatan pada rara untuk tinggal dirumah aldo yang ketika itu rara ditinggalkan oleh ayahnya selama-lamanya. Sebelum terjadi kebakaran ayah rara mempersiapkan sebuah jendela untuk rara, namun tuhan berkata lain rara harus kehilangan ayahnya sekaligus rumahnya.

Novel yang dikembangkan dari cerpen Asma yang berjudul Jendela Rara, ini mengangkat tema yang sangat sederhana. Namun mampu membeberkan permasalahan di dua kelompok masyarakat Jakarta. Si kaya dengan ketidakbersyukurannya, dan si miskin dengan ketidakberdayaannya sebagai kaum papa. Akan kamu temukan cerita cinta, sedikit komedi, persahabatan, dan perjuangan, di dalamnya.

Kelemahan dalam novel ini adalah alur ceritanya yang sedikit melompat-lompat sehingga pembaca merasa agak binggung untuk memahaminya. Seandainya cerita dikemas dalam bentuk tulisan yang mengalir tanpa harus tiba-tiba membahas satu orang atau satu kejadian berbeda di tengah cerita pasti akan lebih bagus.


Leave a Reply