[kuliah] Kepemimpinan berdasarkan manajemen administratif atau manajemen prilaku?


 

 

Ciri Pendekatan Administratif dan Perilaku

Konsep administrative management dibawakan oleh tokoh Robert Owen (1771-1858) dan Hendry Fayol (1841-1925) merupakan jawaban atas kesulitan dalam mengelola pekerja karena pada saat Revolusi Industri terjadi keanekaragaman industri. Keanekaragaman indutri yang bermunculan secara signifikan membuat perusahaan kesulitan dalam mengelola kegiatan operasional. Fayol memang yang pertama kali meneliti perlunya pendekatan administratif dalam industri dikarenakan revolusi Industrilah yang mendorong bermunculnnya industri- industri yang kompleks dan memerlukan semacam aturan “guideline” di dalamnya. Walaupun demikian, dasar pemikiran Taylor memang menjadi masukan dalam pendekatan adminsitratif Fayol terutama pembagian kerja atau Division of Labour di bukunya “The Principlas of Management”. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dengan pembagian atau sepesialisasi tugas yang jelas sehingga pekerja merasa lebih nyaman dalam bekerja dan produktivitas perusahaan pun tercapai.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, aplikasi pendekatan Taylor kurang bisa merangkul organisasi yang kompleks padahal semakin hari semakin banyak bermunculan organisasi-organisasi lainnya. Pendekatan Fayol mampu mengatasi permasalah tersebut, karena dia berpendapat bahwa ilmu manajemen mampu dipelajari oleh setiap orang dan akhirnya memang itulah yang terjadi sampai saat ini. Ciri utama pendekatan Fayol adalah organisasi harus berlandaskan hal yang bersifat administratif yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/komando, pengorganisasian dan pengendalian.

Ilmu administratif diperkuat dengan adanya pendekatan Weber yang melengkapi bahwa setiap pekerja harus dibedakan satu sama lain dengan atasannya, atau ada garis pembatas wewenang yang jelas dan formal. Inilah yang menjadi ciri utama pendekatan Weber. Tujuan hierarki kerja adalah agar mampu menjadikan suasana kerja lebih formal dimana pekerja bawahan memiliki atasan dan wajib mempertanggujawabkan kegiatan operasionalnya pada atasan.

Secara singkat ciri-ciri pendekatan adminitratif yang digolongkan pada pendekatan era klasik adalah sebagai berikut :

  1. Studi gerak dan waktu
  2. Pembagian kerja dan spesifikasi kerja
  3. Standardisasi tugas
  4. Kesatuan intruksi
  5. Rentang pengawasan terbatas
  6. Keunikan fungsi
  7. Organisasi formal

 

Fayol, Weber memang salah satu pelopor di era pendekatan klasik, namun hari demi hari permasalahan organisasi semakin kompleks dimana efektivitas, efisiensi dan produktivitas perlu melibatkan satu aspek lagi. Manajemen perlu memasukan unsur humanis melengkapi sosiologi dan psikologi dalam tempat kerja secara efektif. Atau secara singkat era kalsik mengiraukan unsur motivasi kererja dan prilaku pekerja. Namun unsur scientific management masih diperlukan tapi lebih kepada bagaimana merancang lingkungan tempat kerja yang nyaman atau ergonomi. Inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmu manajemen prilaku, ilmu manajemen yang memasukan aspek psikologi pekerja kedalam salah satu peningkatan efektivitas, efisiensi dan produktivitas kerja.

Penggagas ilmu manajemen prilaku atau Human Relation mengemukakan bahwa pekerja dipandang suatu aset individualis atau aset yang dapat dikembangkan untuk produktivitas perusahaan. Lain halnya Fayol dan Weber yang mengisyaratkan suasana kerja yang sangat formal, Bernard muncul dalam pemikiran bahwa hubungan tidak formal ternyata mampu menghidupkan suatu organisasi. Setelah itu Follet yang mengemukakan bahwa masalah yang terjadi di suatu organisasi adalah mengembangkan dan mempertahanakn hubungan yang dinamis dan harmonis. Walaupun secara alamiah ada konflik di dalamnya, namun hal itu sebagai pembelajaran dan suatu hal yang normal.

Sampai pada munculnya percobaan Mayo dan tim penelitinya mengenai produktivitas pekerja, ternyata faktor kondisi fisik tidak mempengaruhi kenaikan produksi. Faktor kondisi fisik meliputi : terang redupnya pencahayaan tempat kerja, lamanya waktu kerja dan waktu istirahat. Produksi tetap saja meningkat tanpa ada kaitannya dengan faktor kondisi fisik. Mereka menyimpulkan bahwa faktor motivasi dan kepuasan pekerja lebih banyak menentukan produktivitas. Selain itu pola pengawasan yang demokratis ternyata mampu menaikan produktivitas, misalnya semakin demokratis supervisor mengawas pekerja, maka motivasi pekerja semakin meningkat dan berimbas pada peningkatan produktivitas karena kepuasan kerja.

Ringkasan ciri pendekatan prilaku pada administrasi adalah sebagai berikut :

  1. Senistivitas faktor pekerja pada kegiatan operasional guna mencapai tujuan organisasi
  2. Organisasi formal dan informal duduk secara berdampingan
  3. Struktur organisasi memberikan peluang untuk saling memberikan gagasan demi kemajuan organisasi, hal ini dapat meminialkan kekakuan hierarki kerja
  4. Upah bukan satu-satunya hal yang memotivasi pekerja
  5. Individu adalah manusia yang aktif, bukan sebagai mesin produksi
  6. Individu dapat mengikuti organisasi informal untuk berlindung dari kesewenangan pimpinan yang melampaui batas

Secara garis besar era manajemen prilaku ini memiliki ciri khas memasukan sisi manusia dalam administrasi, bahwa pekerja yang bekerja harus dibuat lebih kepada kepuasan kerja dirinya sendiri bukan atas motivasi materialistik semata dan menjadikan performa perusahaan baik dari sudut pandang ini.

Pendekatan administratif dan perilaku, keduanya bukan saling menjatuhkan, melainkan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga tidak bisa dikatakan pendekatan admisnistratif lemah dan perilaku yang baik. Selaras dengan perkembangan industri saat ini, sektor industri yang bergerak dibidang manufaktur dan jasa bisa didekati oleh pendekatan ini.

Sumber :

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Pendidikan Teoretis. UPI : PT Imperial Bhakti Utama

Senator Nur bahagia. Diktat Pengantar Teknik Industri, ITB


Leave a Reply