Resensi Buku Burung Kertas


Judul: Burung Kertas
Pengarang : Akhmad Sekhu
Genre: Fiksi
Jumlah Halaman: 158 hal.
Penerbit: Aksaramaya Publisher
ISBN: 978602133538
Tahun Terbit: 2014

 

Sinopsis: Adalah Ramadhan seorang jurnalis vokal yang kritis dalam menulis berita, ia menulis berita dengan fakta tidak takut apapun, asal selagi benar. Ia ingin berjihad lewat tulisan, yang ia sebut jihad pena, ia seorang pekerja keras, taat agama, mandiri dan pengertian. Zulaikha, kekasih Ramadhan yang ingin juga menjadikan dirinya mandiri  seperti Ramadhan seorang perantau yang mengadu nasib namun, kemandiriannya membuat Zulaikha terinspirasi. Suatu ketika Ramadhan menulis berita yang menurut ia berita itu merupakan sesuatu yang harus diketahui banyak orang, adalah Pak Bardah yang diduga terkait kasus korupsi ditulis menjadi berita hangat oleh Ramadhan, Pak Bardah adalah orang yang membiayai iklan kantor surat harian Ramadhan, begitu Pak Bardah mengetahuinya, ia marah besar kepada pemimpin utama surat harian tersebut, yaitu Pak Helmi, Pak Helmi merasa tidak enak hati kepada Pak Bardah, akhirnya menyampaikan kemarahannya kepada Ramadhan untuk tidak menulis berita seperti itu, dan menyuruh Pak hasbi selaku pemimpin redaksi untuk bersikap teliti dan mengerti terhadap berita Pak Bardah. Pak Bardah bersikap jahat, ia mengerahkan orang suruhan untuk mencelakai Ramadhan, akhirnya Ramadhan pun kecelakaan karena, dipepet oleh orang suruhan Pak Bardah yang membuat ia akhirnya di berada ruang Unit Gawat Darurat, Zulaikha setia menemani Ramadhan sampai Ramadhan kondisinya membaik, akhirnya, perlakuan busuk Pak Bardah pun ketahuan oleh pemimpin perusahaan yaitu, Pak Andra, dan posisi Pak Bardah digantikan oleh Pak Budiman, orang yang selalu mengalah karena, sikap sok kuasa dari Pak Bardah, dan Pak Bardah pun akhirnya mendekam dipenjara, begitu mengetahui hal itu, Zulaikha pergi menemui Ramadhan dan memeluknya, bahwa perjuangan Ramadhan tidak sia-sia.

Tema: seorang jurnalis yang ingin membuka kedok korupsi dan menyatakan kebenaran lewat tulisan, dan kelicikan dari korupsi, serta wanita yang setia dan tulus menemani dalam keadaaan kesusahan.

Tokoh pertama: Ramadhan: orang gigih, kerja keras, taat agama, dan berjuang demi kebenaran

Tokoh kedua: Zulaikha: setia, tulus, polos, dan penurut

  • Pak Bardah: licik, jahat, melakukan sesuatu demi kepentingan sendiri
  • Pak Helmi: orang yang tegas namun, gegabah dalam memutuskan sesuatu
  • Tatik dan Raka: anak pak bardah yang manja, kurang ajar, dan tidak sopan terhadap orang tua

Tokoh pembantu: Ibu dan Ayah, Mbok Inah, Pak Hasbi, Pak Andra, Pak budiman, Orang suruha Pak Bardah, Ibu Tatik dan Raka, Monika, Pak Adang dan Herman.

Alur: alur maju.

Sudut pandang: orang ketiga.

Keunggulan di buku ini banyak sekali amanat yang bisa kita petik, mulai dari arti mandiri yang diajarkan Ramadhan kepada Zulaikha, dan juga mengajarkan kita untuk terus berjuang melawan kebenaran walaupun, taruhannya nyawa, serta ada sedikit pengetahuan tentang Burung Kertas merupakan simbol perdamaian, cover bukunya pun sangat enak dilihat dan menjadikan kita tertarik untuk membacanya, dan pembawaan cerita yang tidak berbelit-belit menjadikan kita mudah mengerti membaca buku ini.

Kelemahan di buku ini, di awal cerita saat Zulaikha merenung di jendelanya pagi hari, sangat puitis dan sastrawis, tetapi, di cerita berikutnya, tidak sepuitis cerita pertama. Dibagian Tatik, bermimpi di taksi, bahwa dia akan diolok temannya karena merupakan anak dari seorang koruptor, agak sedikit drama, dari mulai ia mengigau, dan pembawaan cerita didalam mimpinya menurut saya agak berlebihan. Dan saya temui disini kurang puncak klimaks yang mendebarkan, ketika Ramadhan dikejar orang suruhan Pak Bardah, sama sekali tidak ada rasa yang membuat orang menjadi berdebar.

Amanat: berjuanglah demi kebenaran, walaupun nyawa taruhannya, tetapi, jika tuhan sudah berkehendak semuanya akan membuahkan hasil yang luar biasa.


Leave a Reply