Resensi Buku Emansipasi(Surat Surat Kepada Bangsanya 1899-1904)


“Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan bersama sama bekerja merubah keadaan yang terderita ini” -R.A. KARTINI

Judul               : EMANSIPASI ( Surat surat kepada bangsanya 1899-1904)
Pengarang       : R.A Kartini
Penerbit           : Jalasutra
Tahun Terbit    : Cetakan pertama, 2014
Tebal Halaman: 578 Halaman
Lebar Buku     :15 x 23 cm
ISBN               : 978-602-8252-96-6
Harga              : Rp. 125.000, 00,-

 

Raden Adjeng Kartini, Pahlawan kesetaraan wanita di Indonesia ini lahir di Jepara, 21 April 1879. Keberaniannya dalam memperjuangkan hak hak wanita menjadikannya sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia.

Raden Adjeng Kartini sangat gigih dalam memperjuangkan hak hak wanita. Pada zamannya, seorang lelaki sangat memandang rendah perempuan. Adat istiadat jawa kromo pada masa itu juga mengharuskan perempuan mengikuti apa yang diperintahkan laki laki, apalagi yang memerintahkannya lebih tua. R.A Kartini sangat tidak menyukai hal ini, menurutnya wanita juga sama sama manusia, memiliki hak yang sama dengan laki laki. Derajat wanita tidak lebih rendah dari laki laki.

Di zamannya juga, wanita tidak diperbolehkan memiliki keinginan apapun, dan R.A Kartini sangat membenci hal ini. Karena dia mempunyai keinginan besar, dia ingin bersekolah tinggi, dia ingin setara dengan laki laki. Namun apadaya, adat istiadat yang sudah berurat berakar mengharuskannya tunduk pada perintah laki laki.

Kartini merasa durhaka jika melawan adat istiadat. Merasa menghianati keluarganya serta seluruh leluhurnya. Namun ia juga ingin maju, tak ingin terus menerus menuruti perintah laki laki. Ia juga ingin mempunyai hak yang sama, menerima perlakuan yang sama, menerima pendidikan yang sama. Ia tak ingin wanita terbelakang, diam, tak punya ilmu apapun. Dia ingin wanita bangkit.

Buku EMANSIPASI ini merupakan cetakan ulang dari buku yang berjudul Surat Surat Kepada Bangsanya yang terbit pada tahun 1979. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Jala Sutra, Jalasutara menerbitkan buku- buku sastra, filsafat, budaya, seni, ilmu, dan teknologi, baik karya asli dalam bahasa Indonesia maupun karya asing yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Jalasutra memperjuangkan hak untuk mendapatkan informasi dan percaya bahwa manusia mampu mengolah informasi secara memadai untuk kepentingan dan tujuan yang baik. Jalasutra ikut berusaha meningkatkan kecerdasan bangsa Indonesia

Salah satu terbitan Jalasutra adalah buku EMANSIPASI karya Raden Adjeng Kartini. Buku ini berisi kumpulan surat surat kartini yang ditujukan kepada sahabat sahabat pena-nya.

Dalam buku ini, Kartini menceritakan kehidupan Jawa pada sahabat pena-nya yang berada jauh di Eropa sana. Kartini mempunyai keinginan yang amat besar untuk dapat pergi ke Eropa dan merasakan pendidikan yang setara dengan pendidikan laki laki di pulau jawa.

Kartini juga menceritakan tentang adat kebudayaan Jawa kuno yang menurutnya sangat kolot dan menyebalkan, dimana dia tidak diperkenankan untuk tertawa terbata bata. Alih alih tertawa, wanita Jawa pada masanya hanya tersenyum manis saja. Adat istiadat  juga memaksa Kartini untuk berjalan dengan perlahan—sangat amat perlahan, yang menurutnya bagaikan cara jalan siput.

Adat istiadat yang telah berurat berakar menyebabkan para wanita tidak diperkenankan mengenyam pendidikan tinggi. Wanita hanya diperbolehkan untuk mengenyam sekolah dasar dan hanya agar mengerti bahasa Belanda.

Disekolahnya, para rakyat Bumiputera dibedakan dengan orang orang kulit putih. Rakyat bumiputera dianggap bodoh. Banyak orang orang Belanda yang berbicara pada rakyat bumiputera dengan bahasa Melayu dengan maksud meremehkan, padahal banyak diantara merekan yang mengerti bahasa Belanda.

Suatu hari dalam suratnya Kartini menulis bahwa ada seorang temannya yang mempunyai cita cita menjadi guru, temannya menanyakan apa cita cita Kartini. Kartini bingung, tak bisa menjawab, sampai akhirnya dia pulang kerumah, masih bingung. Dan akhirnya dia menceritakannya pada sang ayah, dia bertanya pada ayahnya, akan jadi apa dia saat besar nanti. Ayahnya menjawab bahwa dia akan menjadi Raden Adjeng. Kartini sangat senang mendengarnya.

Dia mempunyai keinginan yang sangat tinggi untuk bisa bersekolah. Namun apadaya, adat istiadat mengekangnya. Wanita tidak diperbolehkan walaupun ayahnya seorang bupati, tetap saja Kartini harus mengikuti adat istiadat yang berlaku.

Adat istiadat saat itu amat mengekang kaum wanita, dimana kaum wanita tidak bisa mempunyai keinginan. Kartini sangat amat membenci pernikahan, bagaimana tidak? Wanita dinikahkan dengan orang yang tak dikenal, bahkan takpernah dijumpainya. Wanita dinikahkan dengan orang pilihan walinya, tanpa persetujuan dari wanita itu sendiri. Seorang wali bisa saja berkata “Kau sudah menikah dengan si Pulan” atau apapun, dan sebagai wanita kita harus menerimanya. Selama lelaki yang telah dinikahkan itu tidak menceriakannya, wanita tetap menjadi istrinya yang sah yang harus mengikuti apa yang diperintahkannya. Sang lelaki bisa saja membawa pulang wanita lain dan menjadikan wanita lain sebagai istrinya yang mempunyai hak yang sama, sementara istri pertama tidak bisa menolak atau berkomentar.

Itulah yang Kartini perjuangkan. Dia memperjuangkan hak wanita, agar wanita mempunyai hak dan bisa memiliki keinginan. Agar wanita bisa maju dan berkembang, tidak hanya tundukk pada kehendak laki laki. Agar wanita juga bisa merasakan pendidikan dan memilih pekerjaan yang ia sukai.

Yang paling dia perjuangkan adalah pendidikan. Seperti yang saya ulas sebelumnya, kartini mempunyai keinginan yang amat tinggi untuk bisa bersekolah ke eropa.

Suatu hari sand Direktur dari Betawi berkunjung ke Jepara. Direktur itu ramah dan baik hati. Dia bertanya pada kartini apakah dia menginginkan pendidikan kejuruan untuk wanita atau bagaimaa. Hati Kartini teramat senang, dia bahagia bukan main. Akhirnya ada orang yang mau mendengarkannya. Beberapa hari kemudian, di sebuah surat kabar tertulis “Pendidikan untuk Wanita” dan sejak saat itu, wanita juga mendapat pendidikan yang cukup tinggi, namun tetap mempertahankan adat, bahwa waanita tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan lebih tinggi dari laki laki.

Perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak hak wanita sangatlah besar. Hasil dari perjuangan yang ia kerjakan dapat terasa sampai saat ini. Sungguh besar cita cita Kartini bagi Indonesia. Dialah pendekar bangsa, pendekar kesetaraan Wanita.

Buku ini sangat sangat direkomendasikan. Isi yang terkandung sangat menarik dan bermanfaat. Dari buku ini kita bisa tau adat istiadat zaman dahulu. Kita bisa tahu berbagai informasi tentang kehidupan zaman dahulu. Dengan membaca buku ini juga kita bisa lebih menghargai perempuan, bisa lebih menghargai apa yang kita miliki saat ini. Kertas yang digunakan juga cukup bagus dan tidak mudah robek.

Sayangnya, sampul depan buku ini kurang menarik, ditambah lagi dengan ukurannya yang sangat tebal membuat pembaca malas untuk membacanya. Harga buku ini juga kurang terjangkau untuk kalangan menengah kebawah.


Leave a Reply